DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA

PROVINSI JAWA TENGAH

Masjid Ki Ageng kiringan

FOTO BANGUNAN
FOTO ARSITEKTUR
Nama Bangunan : Masjid Ki Ageng kiringan
No. Inventaris :
No. Surat Proses SK Penetapan : Masjid Ki Ageng kiringan
Lokasi : Desa Pundenrejo, Kec.Tayu, Kab.Pati Jawa Tengah 59155
Koordinat Lokasi : 111.024 , -6.539
Batas Utara : Pemukiman
Batas Selatan : Pemukiman
Batas Barat : Pemukiman
Batas Timur : Pemukiman
Fungsi Semula :
Fungsi Sekarang : Peribadatan
Periode :
Luas Bangunan :
Tahun Dibangun : 1920an
Status Pengelolaan Pemilik : Masyarakat
Status Pengelolaan Pengelola : Masyarakat
Riwayat Pemugaran :
Riwayat Penelitian :
Penelitian :

Menurut riwayat Masjid Kiringan didirikan oleh Ki Ageng Kiringan atau Syech Abdullah Asyiq Ibnu Abdullah Syakur, sebagai pusat penyebaran Islam di daerah Tayu dan sekitarnya. Dukuh Kiringan-Punden Rejo-Tayu, atau 30 Km dan Kota Pati arah jalan Tayu Jepara. Mengenai tahun berdirinya sampai sekarang belum diketemukan bukti-bukti otentiknya Namun dahulu masjid Kiringan pemah mengalami pemugaran, yang pertarna di Jaman Lurah Ayahnya Mbah Wiryo Wiyoto tahun 1925 M. Berdirinya masjid Kiringan sendiri konon disertai datangnya angin kencang dan tidak diketahui asal usulnya.

Dalam bangunan ini masih terdapat Bedhuk yang dipercaya mempunyai kekuatan mistik. Konon dari cerita turun temurun, bedhuk kiringan bunyi sendiri bila terjadi musibah sungai Kiringan terjadi banjir bandang, Bunyi bedhuk Kiringan initidak hanya terdengar di sekitar dukuh Kiringan saja, tetapi juga sampai ke desa-desa disekitarnya. Masyarakat sendiri sampai sekarang mempercayai hal itu. Di dalam bedhuk Kiringan sendiri terdapat sebuah piring kecil, namun sekarang kondisinya sudah pecah dan masyarakar sendiri tidak merawatnya. Bahkan pemah ada orang yang datang ke Kiringan menemui juru kunci Makam Mbah Mahzum, yang menanyakan Bedhuk, Kentongan dan tongkat pegangan untuk khutbah Jum'at. Barang-barang tersebut akan diminta oleh orang tersebut, dan sebagai gantinya akan dipugarkan Masjid Kiringan. Sesuatu permintaan, meskipun dengan biaya yang sangat besar. Namun permintaan tersebut langsung ditolak oleh juru kunci makam, karena masyarakat tidak berani menanggung akibatnya serta barang-barang tersebut memang harus dijaga dan dilestarikan sebagai peninggalan Ki Ageng Kiringan. Disamping keajaiban Bedhuk Kiringan, di Masjid Kiringan juga terdapat sumur tua, dan sampai sekarang rnasih di jaga baik oleh juru kunci makam dan juru kunci masjid.Konon sumur tersebut dahulu air nya digunakan orang untuk melakukan ritual sumpah, tetapi oleh juru kunci Makam waktu itu KH Irsyad (almarhum), tidak diperkenankan lagi orang melakukan sumpah di Makam Ki Ageng Kiringan Sumur tersebut menurut cerita dibuat oleh murid Ki Ageng Kiringan yang bemama Abdul Rozaq atau yang lebih dikenal dengan Mbah Rozak, yang sekarang makamnya ada di Desa Jembul Wunut Kecamatan Gunung Wungkal atau tepatnya di Dukuh Gosari

Tongkat Pegangan Khotib dahulu tongkat yang digunakan saat khotib berkhutbah Jum'at jumlahnya ada 2 (dua) buah. Namun waktu itu sungai Kiringan terjadi banjir bandang dan sampai mengikis dukuh Kiringan tinggal beberapa meter dibelakang masjid. Dan bila terjadi banjir terus menerus tidak meredup kemugkinan tanah yang ada dibelakang masjid akan terus terkikis dan membahayakan masjid serta pemakaman yang ada di belakang masjid Maka suatu ketika terjadi banjir besar lagi yang sangat membahayakan keberadaan masjid. maka oleh Ki Ageng Kiningan diambilnya salah satu tongkat tersebut dan ditancapkan ditempat yang dilanda banjir Anehnya sewaktu tongkat ditancapkan ditanah, banjir yang semula akan menerjang masjid Kiringan, tiba-tiba pindah bergeser ke selatan dukuh Kiringan. Lokasi bekas sungai tersebut, dinamakan Kali Tengah, yang artinya bekas tengah-tengah sungai yang menjadi areal persawahan yang sangat subur. Dahulu didepan masjid Kiringan terdapat kolam/tempat wudlu yang dibangun oleh Ki Ageng Kiringan. Kolam tersebut dialiri air dari sungai Kiringan yang dialirkan persis melalui tengah-tengah makam Kiringan. Waktu itu air yang mengalir tidak pernah surut meskipun kemarau sangat panjang,  dan kolam tempat wudlu tersebut tidak pernah kekurangan air. Tiba-tiba pengurus Masjid waktu itu berkeinginan untuk memindahkan tempat wudlu dari depan masjid ke sampmg masjid agar masjid dapat diperluas dan direhab lebih modern. Anehnya sejak tempat wudlu dipindah dan air sungai Kiringan tidak dialirkan lagi ke kolam/tempat wudlu, sejak saat itu pula air sungai Kiringan kering dan tidak bisa untuk mengairi persawahan yang ada di desa Punden Rejo dan sekitarnya, Sawah-sawah yang dulunya sangat subur tidak kekurangan air, kini menjadi kering kerontang dan hanya bisa ditanami palawija atau menjadi sawah tadah hujan. Masih banyak kejadian-kejadian penting lainnya yang tidak bisa kami tuliskan satu persatu. Mimbar untuk khotib berbahan kayu jati dengan ukiran kaligrafi arab juga masih tersimpan utuh dan digunakan untuk khotib

Konfigurasi Masjid dengan bentuk massa bangunan persegi sebagai ciri khas masjid klasik jawa. Kondisi saat ini masjid telah mengalami pengembangan luasan sehingga bentuk aslinya menjadi sedikit kabur, adanya pengembangan ruang sholat didepan dengan bentuk arsitektur kubah.

Masjid Ki Ageng Kiringan terdiri dari bangunan tunggal berukuran 9m x 9m, akan tetapi pada kondisi dekarang bangunan masjid telah mengalami pengembangan pada sisi serambi masjid. Sehingga pada dasarnya bangunan asli sudah tidak terlihat dari sisi depan masjid. Bangunan asli masjid dapan dilihat dari sisi samping masjid dari area pemakaman.Bangunan masjid asli hanya terlihat bagian atapnya saja.

Apabila di teliti lebih jauh, fungsi banguan tidak mengalami perubahan.Kusen-kusen bangunan, jendela dan pintu masih menunjukan keaslianya.

Bangunan Masjid Agung Kiringan menganut gaya klasik yang bertipologi seperti masjid klasik jawa lainnya hampir sebentuk dengan Masjid Gambiran.  Dinding Masjid Kiringan terbuat dari batu bata dengan ukuran 40 X 25 cm dengan ketebalan sekitar 10 cm. Bukti batu bata untuk pembuatan Masjid Kiringan.

Sampai sekarang masih tersimpan beberapa biji dan bisa dilihat di Kiringan. Saat ini Masjid Kiringan sudah dipugar lagi dan bentuknya lebih modern, tetapi tidak mengurangi keasliannya. Masjid ini disebut juga masjid Jami’ Al –Asyiq Pindenrejo.