DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA

PROVINSI JAWA TENGAH

Hotel Kesambi Hijau

FOTO BANGUNAN
FOTO ARSITEKTUR
Nama Bangunan : Hotel Kesambi Hijau
No. Inventaris :
No. Surat Proses SK Penetapan : Hotel Kesambi Hijau
Lokasi : Jl. Kesambi No. 7 Kelurahan Lempongsari Kecamatan Gajahmungkur Semarang
Koordinat Lokasi : 110.416 , -7.000
Batas Utara : Jalan Diponegoro
Batas Selatan : Perumahan penduduk padat
Batas Barat : Rumah Tinggal
Batas Timur : Jurang
Fungsi Semula : Rumah Dinas Gubernur
Fungsi Sekarang : Penginapan/Hotel
Periode : Kolonial
Luas Bangunan :
Tahun Dibangun : 1926
Status Pengelolaan Pemilik : Pemda Jawa Tengah
Status Pengelolaan Pengelola : Pemda Jawa Tengah
Riwayat Pemugaran :
Riwayat Penelitian :
Penelitian : Tim Survey

Villa ini dibangun pada tahun 1926 sebagai rumah tinggal. Kemudian diubah menjadi penginapan. 

Pada tahun 1972 dilakukan perluasan dengan penambahan sejumlah kamar. Tambahan tersebut dipengaruhi oleh gaya arsitektur Jengki yang masih digemari. Pada masa itu konsep dinikmati pemandangan masih dipegang, dan di bagian belakang dibuat semacam plaza untuk menikmati pemandangan.

Tahun 1994 di bangun  ruang pertemuan persis dibelakang bangunan utama (asli). Kehadiran ruang tambahan tersebut betul-betul merusak tata ruang yang semula berorientasi pada pemandangan jurang dan perbukitan Candi Baru. Juga kemudian dilakukan pergantian atap sirap dengan atap beton. Pergantian tersebut membawa konsekuensi perubahan bentuk atap. Akibat lebih lanjut adalah penempelan kanopi baru yang betul-betul tidak mendukung.pada belakang tritisan tidak mungkin dipertahankan pula bentuknya sehingga harus dirubah.

Terletak pada lokasi yang tersembunyi dari ruas jalan raya. Letak bangunan ini mengesankan pada vila yang membutuhkan ketenangan. Dibangun pada area yang luas dan terdiri dari beberapa atap. Pintu masuk utama mempunyai kanopi tambahan yang tidak kontekstual. Terdapat menara di depan dengan atap tajug dan dinding berornamen lingkaran. Bangunan ini berkesan bangunan di puncak gunung dengan desain yang sering ditemui pada rumah-rumah tinggal di daerah dataran tinggi.

Bangunan ini menghadap selatan. Bangunan ini cukup terawat, tetapi sudah mengalami banyak perubahan. Atap sirap sudah diganti genting dan berakibat pada perubahan lekukan bidangnya. Kanopi tempelan di depan tidak mendukung penampilan bangunan aslinya. Lantai juga sudah diganti.

Villa Belanda yang semula bertujuan mengeksploitasi keindahan ala mini telah mengalami sejumlah perubahan, dan yang terakhir, yaitu penutupan bagian tengah bangunan utama secara lengkap menutup konsep original.

Tambahan bangunan karena pengembangan pemanfaatan pada tahun 1971 dalam kondisi tidak terlalu terawat baik, padahal kualitas bangunannya tergolong tinggi.

Penambahan bangnan pertemuan dibagian belakang pada tahun 1994 telah merusak tata ruang villa yang semula lapang dan di kelilingi taman tersebut.

Bangunan ini merupakan bagian dari pengembangan permukiman Candi Baru. Tapak khusus dengan akses istimewa dari Siranda. Menerapkan desain yang pada akhir abad ke -19 di pakai di jalan-jalan kawasan pertokoan Negeri Belanda yang memberi kontribusi picturesque  lorong jalan tersebut. Pemandangan istimewa dari belakang bangunan.  Baik dari arah depan maupun belakang bangunan utama menunjukkan kualitas estetika. Bangunan utama menunjukkan perpaduan serasi dangan kondisi fisik tapak yang terjal dibagian belakang. Merupakan bangunan soliter dan tersembunyi dikawasan Candi Baru

Masih terpengaruh gaya bangunan pada akhir abad ke19 yang sudah meninggalkan langgam sebelumnya yang menjaga kesederhanaan dan keindahan klasik. Penggarapan façade bangunan sangat beraneka, cenderung tidak simetris, gaya yang sempat mencuat di Belanda dan dibawa ke Hindia Belanda. Ketaksetangkupan bisa saja terpengaruh oleh kediaman pembangunnya (Rumah Flatterman, JL. Kiai Saleh no 15 Semarang.

Memiliki atap yang bermacam-macam bentuknya dan bidang-bidang diniding dengan aneka bentuk dan ornamen.

Memiliki potensi pemandangan yang menarik. Bangunan pada tapak khusus dan akses yang dirancang khusus di kawasan Candi Baru. Menerapkan desain yang pada akhir abad ke 19 dipakai di jalan-jalan kawasan perkotaan Negeri Belanda yang memberikan kontribusi picturesque lorong jalan tersebut. Baik dari arah depan, maupun belakang, bangunan utama menunjukkan kualitas estetika.

Bangunan utama menunjukkan perpaduan serasi dengan kondisi tapak yang terjal di bagian belakang.

Kekriyaan bangunan utama mempunyai kualitas tinggi, tetapi tidak pada bangunan-bangunan tambahan yang berasal dari tahun 1971 dan 1994.

Antara bangunan asli dan tambahan terpisah, jadi secara fisik tidak saling terkait. Pemanfaatan telah berubah dari semula. Tambahan pada tahun 1971 yang bergaya jengki tidak memberikan kontribusi visual pada bangunan utama. Tambahan pada tahun 1994 menenggelamkan keberadaan dan konsep dasar yang melahirkan bangunan utama