DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA

PROVINSI JAWA TENGAH

Wisma Perdamaian

FOTO BANGUNAN
FOTO ARSITEKTUR
Nama Bangunan : Wisma Perdamaian
No. Inventaris :
No. Surat Proses SK Penetapan : Wisma Perdamaian
Lokasi : Jl. Imam Bonjol 209 kecamatan Semarang Barat kota Semarang
Koordinat Lokasi : 110.409 , -6.984
Batas Utara : Dian Nuswantoro Universitas (UDINUS)
Batas Selatan : Jl. MGR. Soegiyopranoto
Batas Barat : BPMD
Batas Timur : : Jl. Tugu Muda
Fungsi Semula : Rumah Dinas Gubernur
Fungsi Sekarang : Rumah Dinas Gubernur
Periode : Kolonial
Luas Bangunan : ± 6.500 m2
Tahun Dibangun : 1754
Status Pengelolaan Pemilik : Pemda Jawa Tengah
Status Pengelolaan Pengelola : Pemda Jawa Tengah
Riwayat Pemugaran : Abad ke 20, ditambahkan serambi bangunan di samping kanan dan kiri, serta atap diubah menjadi limasan penuh. Pada tahun 1940-an, ditambah serambi beratap pada bagian depan bangunan, serambi ini sekaligus sebagai balkon pada lantai duanya. Awal abad ke -2
Riwayat Penelitian :
Penelitian : Tim Survey

Bangunan ini dirancang oleh Nicolaas Harting yang menjadi Gubernur pantai Utara Jawa, pada tahun 1754. Hingga tahun 1761 difungsikan sebagai Gauvernenur van JAva’s Noord-Oostkust. Dan sempat diebut sebagai De Vredestein atau istana Perdamaian. Juga pernah sebagai tempat tinggal residen Semarang. Saat itu lapangan di depan De Vredestein ini masih dinamakan Wilhelmina Plein. Di Gedung ini Rafels pernah singgah dan berdansa dengan istri pertamanya Olivia Marianna. Pada tahun 1978, bangunan ini digunakan oleh APDN. Pada tahun 1980 digunakan untuk Kantor Sosial dengan terakhir untuk Kantor Kanwil Pariwisata Jawa Tengah tahun 1994. Sekarang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas Gubernur Jawa Tengah, menggantikan Puri Gedeh

Wisma Perdamaian merupakan rumah dinas Gubernur Jawa Tengah yang terletak di kompleks Tugu Muda, Semarang. Dibangun dengan orientasi ke arah Tugu Muda (Tenggara). Bangunan ini terdiri dari tiga massa bangunan, yaitu bangunan induk yang difungsikan sebagai ruang kerja gubernur serta tempat penerimaan tamu-tamu resmi, bangunan rumah tinggal (rumah dinas), dan bangunan kantor tempat staff Wisma Perdamaian bekerja. Dalam perkembangannya kompleks gedung ini mengalami proses renovasi, yaitu dengan dibangunnya bangunan kantor pada sisi sebelah kanan bangunan utama, yang mengadopsi bentuk bangunan induk sebagai bangunan lama yang bergaya kolonial. Dalam hal ini terjadi proses imitasi (peniruan) sebagai salah satu langkah konservasi/pelestarian.

Tampilan bangunan ini banyak mengalami perubahan. Hingga pertengahan abad ke 19, masih berupa bangunan tunggal 2 lantai yang berarsitektur klasik dan dicirikan dengan adanya pilar pilar rangkap dengan kapitel berornamen dan bermotif bunga. Pada masa ini, diduga terdapat courtyard/ portico. Cornice dengan ornamen berupa moudling/list yang terdapat pada seluruh tepi dinding, baik pada pertemuan dengan atap maupun pada garis lantai 2. Menjelang abad ke 20, ditambahkan serambi bangunan di samping kanan dan kiri, serta atap diubah menjadi limasan penuh. Diduga pada saat itu courtyard ditutup. Pada tahun 1940-an, ditambah serambi beratap pada bagian depan bangunan, serambi ini sekaligus sebagai balkon pada lantai duanya. Pada awal abad ke -20, bangunan samping dibongkar, kemudian ditambahkan tritisan/ luifel gantung dengan rangka besi yang berpenutup seng. Tahun 1970-an ditambahkan lagi bangunan 2 lantai di bagian belakang dari kiri bangunan induk, yang kemudian digunakan untuk APDN. Renovasi terakhir dilakukan pada tahun 1978, dengan mengganti luifel gantung menjadi plat dan konsol beton dengan banyak ornamen ukiran; serta mengganti daun pintu dan jendela dengan bahan baru; termasuk pula membuat tangga layang pada ruang depan.

Wisma Perdamaian berada di kawasan Tugu Muda, area pusat kota Semarang, sehingga mudah diakses.

Keberadaan Wisma Perdamaian di kawasan Tugu Muda mendukung pencitraan sebagai kawasan bangunan kantor pemerintahan dengan bentuk arsitektur kolonial. Kawasan ini menjadi kawasan utama kota Semarang sekaligus mencerminkan perwajahan kota Semarang.

Wisma Perdamaian dibangun oleh gubernur Belanda, dengan arsitektur khas colonial. Bangunan ini mengalami beberapa kali pemugaran yang cukup signifikan, seperti penambahan massa bangunan dan penambahan elemen serambi. Sejauh ini, renovasi yang dilakukan masih dalam koridor kaidah konservasi. Sehingga selama perjalanannya, bangunan ini tetap mempertahankan karakternya sebagai bangunan formal bergaya colonial.

Kesan formal dan megah dihadirkan dari gaya bangunan yang mengekspos kolom bagian fasade di setiap massa bangunannya. Ambang plafond yang tinggi adalah ciri bangunan colonial yang selalu melekat terutama pada bangunan yang menampung aktivitas formal seperti kantor pemerintahan.

Bangunan ini terawat dengan baik. Jelas hal ini terjadi karena fungsinya sebagai rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah menuntut upaya perawatan yang lebih dari aset pemerintah provinsi yang lain

Wisma Perdamaian adalah bangunan peninggalan pemerintahan colonial yang memiliki nilai arsitektur yang tinggi mengingat fungsinya sebagai rumah dinas pimpinan pemerintahan. Dalam perjalanannya pun, bangunan ini tetap dapat mempertahankan gaya arsitekturnya. Sehingga memiliki potensi yang kuat untuk dimanfaatkan sebagai bangunan bersejarah. Hal ini didukung pula oleh lokasi strategis di pusat kota Semarang. Menjadikan bangunan ini sebagai bangunan pendukung kawasan perwajahan kota Semarang.

Di sisi lain, pemanfaatan sebagai rumah dinas menjadikan bangunan ini terkesan sepi, dingin dan tak ramah bagi masyarakat umum. Adanya bangunan bernilai sejarah tinggi ini sepertinya belum bermanfaat semaksimal mungkin untuk kepentingan umum.